Article Detail

Tantangan Kaum Muda dalam Keterpurukan Akibat Korupsi

Tantangan Kaum Muda dalam Keterpurukan Akibat Korupsi
Oleh: Amelinda Jocelin

Jika mendengar kata ‘Korupsi‘, kita pasti membayangkan uang. Korupsi sebenarnya adalah rekayasa untuk memperkaya diri pribadi dengan memanipulasi uang dan sebagainya.

Sebenarnya, apa yang para koruptor pikirkan? Rumah, mobil, fasilitas lain telah mereka peroleh, tetapi mengapa mereka masih korupsi? Apakah tidak cukup gaji mereka? Mustahil sekali. Tukang ojeg dengan penghasilan kurang dari 50.000 sehari mampu membiayai kebutuhan keluarga mereka, apalagi mereka tidak memiliki penghasilan tetap?
    
Bukankah pejabat tinggi negara seperti mereka harusnya memberikan contoh dan teladan bagi kita? Apakah rakyat Indonesia masih percaya untuk membayar pajak yang akhirnya jatuh pada orang tertentu untuk di korupsi? Mereka harusnya menjadi panutan bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi bibit muda. Bila mereka mengkorupsi, bagaimana para peserta didik bersekolah menanggapinya? Mereka harusnya mengajarkan bagaimana cinta tanah air dan mengabdikan diri bagi kepentingan negara. Bukannya malah melakukan tindakan yang kurang baik.
    
Pernah terlintas dibenakku, bangsa Indonesia terkenal hingga ke mancanegara. Tapi sayangnya, terkenal karena korupsi, teroris, dan hal–hal yang dipandang buruk. Image Indonesia sebagai negara yang berkembang pun diragukan bangsa lain. Semua itu akibat aktivitas–aktivitas merugikan dari orang–orang yang tidak bertanggung jawab itu.
    
Nah, bisa kita lihat sekarang. Sebagian besar, berita di televisi menayangkan mengenai korupsi dan korupsi. Apakah anda tidak bosan membaca, melihat, dan mendengarnya? Apakah itu penting untuk dibahas? Sungguh tidak. Berita tersebut hanya mengingatkan orang – orang akan betapa buruknya para koruptor. Alangkah lebih baik kita menengok masyarakat yang masih dilanda kemisikinan. Uang negara yang mereka korupsi seharusnya bisa digunakan untuk membiayai masyarakat kurang mampu. Tidaklah para koruptor berpikir, mereka dengan mudahnya mengambil dan merampas yang bukan milik mereka, sedangkan masyarakat kecil harus mengais rejeki di mana-mana. Sekilas memang tidak terlihat jelas perbedaan antara si miskin dan si kaya, tapi jika kita menggali lebih dalam lagi akan terlihat sangat sangat jelas. Kemewahan di atas kemiskinan. Mana janji–janji mereka untuk memajukan dan memperbaiki negara kita?
    
Kondisi bangsa Indonesia sekarang tergantung dari bagaimana bibit–bibit muda mampu untuk menaklukan dan memberantas korupsi di Indonesia. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad tampak seperti hawa baru yang dipandang masyarakat agar dapat memberantas korupsi di Indonesia. Tapi sesungguhnya, korupsi itu sangat sulit untuk diberantas begitu saja.
    
Bangsa kita sebenarnya bisa menjadi bangsa yang maju dan berkembang apabila generasi muda sekarang dididik sebaik mungkin agar tidak terjerumus dalam budaya korupsi yang sangat merugikan bangsa Indonesia dan menghancurkan nama baik bangsa Indonesia yang telah susah payah dicapai oleh para pahlawan. Apa jadinya jika bibit–bibit muda sekarang melakukan korupsi walau hanya jangka pendek dan tidak terlalu berdampak pada kehidupan orang banyak? Bukankah itu bisa menjadi sarang dan titik awal munculnya budaya korupsi di masa depan?
    
Yang perlu dan penting kita lakukan sekarang adalah hidup tanpa ada sedikit pun racun korupsi meraja dalam kehidupan kita. Biasakan untuk bersikap jujur dan menjalankan sesuatu sesuai dengan prosedur yang berlaku. Jika perlu, ajaklah orang lain untuk bertindak benar seperti kalian. Kita hanya perlu satu kunci, yaitu kejujuran. Kejujuran adalah yang utama untuk membuat sesuatu yang lebih berguna dan berarti. Tanpa didasari oleh kejujuran yang kuat, seseorang akan mampu terjerumus masuk ke dalam tindakan yang merugikan orang banyak. Selain itu bisa ditambahi dengan rasa nasionalisme dan ketidakegoisan.

Dengan begitu, masa depan bangsa Indonesia bisa diperbaiki. Bukankah berbuat dan berkata jujur itu mudah? Dengan kejujuran kita mampu mengatasi semua masalah. Kita masih bisa mengubah bangsa kita. Jangan hiraukan para koruptor. Biarkan penegak hukum yang mengurusinya. Mari bergerak, selagi kita masih bisa mengubahnya. (Penulis adalah peserta didik kelas IX B)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment