Article Detail
Beranikah Kita Masuk Zona Berisiko
“Keluar dari Zona Nyaman, Masuk Zona Beresiko.†Demikian tema renungan pertemuan ke- 4 Perayaan Syukur 175 tahun Kongregasi CB dan 60 tahun Yayasan Tarakanita. Renungan dipimpin oleh Ibu Agustina Indarti dan diikuti oleh seluruh karyawan SMP Tarakanita Citra Raya yang dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Juni 2012.
Isi renungan ini mengingatkan bahwa ketika kita hidup di zona yang nyaman, kita merasa aman, ada kepastian, dan jaminan yang membuat kita tenang. Situasi ini yang membuat kita lebih senang berada di zona nyaman, dan menjadi enggan untuk keluar dari situasi itu. Namun, ketika kita keluar dari zona nyaman maka kita akan mulai masuk dalam situasi yang tidak menentu dan beresiko.
Beberapa pertanyaan reflektif dalam renungan ini adalah: apa panggilan kita saat ini yang menuntut kita untuk bertindak dan keluar dari zona nyaman? Bagaimana sikap kita ketika diajak untuk keluar dari kenyamanan hidup kita? Apa yang membuat kita takut untuk segera keluar dari zona nyaman? Para peserta renungan diminta menuliskan jawaban dari pertanyaan tersebut dalam selembar kertas, lalu membagikan pengalamannya dalam sharing bersama.
Hasil sharing beberapa peserta mengungkap bahwa ketika kita diajak untuk keluar dari zona nyaman dan masuk ke zona yang beresiko, kita cenderung merasa ragu-ragu atau pun takut. Hal itu mungkin terjadi karena mungkin kita sudah merasa sudah cukup dengan hasil pekerjaan kita yang saat ini, takut mendapat pekerjaan/tugas yang lebih banyak, kurang percaya diri, dan takut ditinggalkan oleh rekan-rekan.
Yesus juga memanggil kita untuk mengikuti-Nya dan masuk dalam situasi yang tidak menentu. Kita sebagai pengikut Yesus, sering kita dihadapkan pada situasi yang tidak menentu dan beresiko. Dalam situasi seperti itu pada akhirnya hanya Tuhan sendiri yang dapat menjadi jaminan hidup kita. Panggilan kenabian menuntut kita untuk peduli dengan perkembangan dan keselamatan sesama. Untuk itu, maka kita harus berani meninggalkan zona yang nyaman dan rela masuk ke zona beresiko dengan segala konsekuensinya. (EA)
Isi renungan ini mengingatkan bahwa ketika kita hidup di zona yang nyaman, kita merasa aman, ada kepastian, dan jaminan yang membuat kita tenang. Situasi ini yang membuat kita lebih senang berada di zona nyaman, dan menjadi enggan untuk keluar dari situasi itu. Namun, ketika kita keluar dari zona nyaman maka kita akan mulai masuk dalam situasi yang tidak menentu dan beresiko.
Beberapa pertanyaan reflektif dalam renungan ini adalah: apa panggilan kita saat ini yang menuntut kita untuk bertindak dan keluar dari zona nyaman? Bagaimana sikap kita ketika diajak untuk keluar dari kenyamanan hidup kita? Apa yang membuat kita takut untuk segera keluar dari zona nyaman? Para peserta renungan diminta menuliskan jawaban dari pertanyaan tersebut dalam selembar kertas, lalu membagikan pengalamannya dalam sharing bersama.
Hasil sharing beberapa peserta mengungkap bahwa ketika kita diajak untuk keluar dari zona nyaman dan masuk ke zona yang beresiko, kita cenderung merasa ragu-ragu atau pun takut. Hal itu mungkin terjadi karena mungkin kita sudah merasa sudah cukup dengan hasil pekerjaan kita yang saat ini, takut mendapat pekerjaan/tugas yang lebih banyak, kurang percaya diri, dan takut ditinggalkan oleh rekan-rekan.
Yesus juga memanggil kita untuk mengikuti-Nya dan masuk dalam situasi yang tidak menentu. Kita sebagai pengikut Yesus, sering kita dihadapkan pada situasi yang tidak menentu dan beresiko. Dalam situasi seperti itu pada akhirnya hanya Tuhan sendiri yang dapat menjadi jaminan hidup kita. Panggilan kenabian menuntut kita untuk peduli dengan perkembangan dan keselamatan sesama. Untuk itu, maka kita harus berani meninggalkan zona yang nyaman dan rela masuk ke zona beresiko dengan segala konsekuensinya. (EA)
Comments
-
there are no comments yet
Leave a comment