Article Detail

Kearifan Lokal “Panggih, Sangjit, Pernikahan Batak di Kelas IX

Tangerang, 23/10/2024 Suasana kelas 9 hari ini terasa berbeda dari hari dan jam pembelajaran sebelumnya, peserta didik sudah berdandan rapi mengenakan pakaian tradisional sesuai dengan latar belakang budaya mereka masing-masing. Mereka antusias karena akan melakukan beberapa simulasi kearifan lokal dalam Pembelajaran PKN dengan guru mata pelajaran Bapak Paulus Paryanto. Ada beberapa prosesi adat yang akan disimulasikan sebagai bagian dari upaya untuk lebih memberikan pengalaman belajar yang berkesan melalui metode bermain peran dengan pengetahuan dan kompetensi yang dipelajari. Dalam simulasi hari ini ada 3 tradisi yang akan disimulasikan yaitu upacara Panggih dari kelompok budaya jawa, tradisi sangjit dari budaya tionghoa dan upacara pernikahan Batak dari Sumatera Utara. Selain ketiga budaya tersebut juga ditampilakn kesenian Jathilan dari Jawa Tengah, tradisi sekatenan dari jogjakarta yang dikemas oleh peserta didik dan ditampilkan dalam rangkaian proses pembelajaran di kelas.

Upacara panggih menjadi salah satu momen sakral dalam pernikahan adat Jawa. Prosesi ini melambangkan pertemuan dua hati yang akan mengarungi bahtera rumah tangga bersama. Dalam upacara panggih, terdapat berbagai simbol yang sarat makna, seperti balangan gantal, sungkeman, dan minum air susu. Peristiwa adat tersebut yang merupakan bagian dari kearifan lokal Indonesia terutama dari Jawa. 

Tradisi sangjit, yang merupakan bagian dari prosesi pernikahan Tionghoa, mengalami adaptasi di era modern. Pasangan muda saat ini semakin kreatif dalam menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan sentuhan kekinian.

Pernikahan adat Batak selalu menjadi perhelatan yang meriah dan penuh makna. Prosesi pernikahan yang panjang dan melibatkan banyak tahapan, seperti mangalehon tanda, marhusip, dan marhata sinamot, menunjukkan kekayaan budaya Batak.

Dalam pembelajaran tersebut peserta didik sangat menghayati peran masing masing dan dengan disertai sarana atau properti pendukung sehingga suasana kelas menjadi sangat meriah dan berkesan dengan adanya tarian, musik, dan juga beberapa bahasa daerah yang diterapkan peserta didik dalam memerankan budaya mereka masing-masing. Masing-masing kelompok diberikan waktu untuk melakukan simulasi tradisi kearifan lokal selama 20 -25 menit. Dan sebelum pementasan ini dilakukan telah melalui proses pembelajaran untuk mengetahui tujuan pembelajaran kearifan lokal dan mendalami materi melalui pengumpulan informasi dari berbagai sumber belajar yang valid dan juga peserta didik bertanya langsung dari orangtua dan kerabat mereka berkaitan dengan latar belakang budaya mereka.

Dari proses pembelajaran ini diharapkan peserta didik mendapatkan pengalaman berbeda dan juga menjadi sebuah proses bagaimana mempersiapkan, melaksanakan dengan baik hingga mempersiapkan segala sesuatu perlu adanya kerjasama yang baik antaranggota kelompok dan juga dituntut untuk rasa tanggungjawab, disiplin dan percata diri dalam memerankan praktik pembelajaran Pkn tema melestarikan budaya dan kearifan lokal Indonesia.

Dari beberapa peserta didik yang ditanyakan bagaimana perasaan dengan model pembelajaran ini, mereka menyatakan awalnya binggung dan setelah melalui proses, pendampingan , diskusi persiapan dan juga dukungan orangtua mereka merasa sangat berkesan, dan ini akan menjadi kenangan mereka semasa di pendidikan menengah pertama melalui dokumentasi yang mereka buat.

Semoga pembelajaran ini sungguh menjadikan pengalaman berharga bagi peserta didik dan upaya sekolah untuk menghidupi celebration, competence, community, creaativity selaras dengan kurikulum merdeka dan Pendidikan Karakter Tarakanita. (Pp)


Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment